Akhir-akhir ini Indonesia di hebohkan dengan
merosotnya perekonomian negara. Salah satunya adalah merosotnya nilai tukar
Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada tahun 2008 nilai tukar Rupiah hanya
12.600 per satu dolar Amerika Serikat. Kini meningkat menjadi 14.655 per satu dolar Amerika
Serikat (tercatat 30 September 2015) Hal ini akan bedampak negatif bagi rakyat
Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu
merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Diantaranya ialah
meningkatnya nilai dolar Amerika Serikat akibat adanya spekulasi perusahaan
yang melakukan aksi beli dolar Amerika Serikat sebelum akhir 2014. Dan adanya
penarikan dana dari investor asing hingga 10 triliun rupiah.
Eric
Alexander Sugandi, selaku ekonom Standard Chartered mengungkapkan bahwa adanya
kombinasi faktor yang memicu kurs rupiah terus menyusut. “Yang pertama adalah
data ekonomi Amerika Serikat yang makin membaik dan menyebabkan khawatirkan
jika The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat daripada perkiraan” jelas
Eric, seperti yang dikutip dari Liputan 6.
Kekhawatiran tentang
meningkatnya dolar Amerika Serikat disebabkan oleh faktor Great Rotation
atau perputaran uang dimana dana asing yang beredar kembali masuk ke Amerika
Serikat menjelang akhir 2014.
“Kebutuhan dollar pada akhir tahun dari korporasi
lokal juga aliran dana yang berhubungan dengan penjualan obligasi akhir-akhir
ini terlihat memberatkan nilai rupiah,” kata Shigehisa Shiroki selaku Chief
Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd.
Faktor yang lainnya adalah defisit transaksi
berjalan yang masih cukup besar. Indonesia mencatat bahwa defisit transaksi
berjalan senilai 6,8 Miliar USD pada kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap
adanya penurunan defisit senilai 24 Miliar USD sepanjang tahun.
Ketidakstabilannya nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan memengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar terdapat 3 variabel yang memengaruhi ekonomi makro di Indonesia. Diantaranya :
- Variabel pertama berhubungan dengan nilai keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang Rupiah maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar Rupiah mengakibatkan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang Rupiah karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional.
- Variabel yang kedua adalah tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia.
- Variabel yang ketiga adalah Inflasi. Inflasi mengakibatkan meningkatnya harga-harga secara umum dan kontinu akibat dari konsumsi yang semakin meningkat dan meningkatnya likuiditas di pasar.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh
naiknya impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh Pertamina. Impor BBM
yang besar membuat neraca perdagangan defisit dan menekan kebutuhan valuta
asing di dalam negeri.
Dari penyebab-penyebab diatas terdapat pula dampak
negatif yang terjadi akibat merosotnya nilai mata uang Rupiah terhadap nilai
mata uang dolar AmerikaSerikat. Diantaranya :
- meningkatnya biaya impor bahan baku. Kenaikan biaya impor bahan baku diakibatkan karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran Internasional.
- meningkatnya laju inflasi. Inflasi ini akan mengakibatkan menurunnya kinerja perusahaan dan berkurangnya inverstasi di pasar modal.
- Menurunkan permintaan konsumen. Dampak dari penurunan permintaan konsumen ini adalah menurunnya produksi barang dan jasa.
- Harga barang dan jasa meningkat. Apabila daya beli menurun serta harga barang dan jasa meningkat, maka kemungkinan besar perusahaan akan memotong jumlah produksi yang akan berdampak terhadap PHK tenaga kerja.